Kamis, 03 Maret 2011

I hope..........

I hope semester ini Q bisa lebih baik... Kuharap aku bisa lebih beradaptasi sama temen2 di sini dan mulia menyukai pelajaran apapun itu..


Terharu dengan sms dari ibuQ.. beliau ingin aku punya masa depan cerah... semoga memang.. aku harus mulai menulis dari sekarang...


‎"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia sangat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetauhi, sedangkan kamu tidak mengetauhi”. Q.S. Al-Baqarah : 216


Tidak selamanya kita selalu berada di tempat yang kita inginkan dan dihadapkan pada sesuatu yang kita sukai atau itu sulit... 


Jika tak ada yang dikorbankan, maka itu bukan perjuangan!
jika berdiri tegak tanpa ujian, maka itu bukan ketangguhan!
jika tak ada tangisan, maka itu bukan kenikmatan!
jika tanpa hambatan, itu bukan tantangan!
jika tanpa kelelahan, maka itu bukan kesungguhan!
jika tanpa kerumitan, maka itu bukan keindahan!

Selasa, 01 Maret 2011

Korupsi Kok Sebagai Budaya

-Review artikel majalah Intisari
-Penulis : Rasid Rachman

Ungkapan seperti Budaya Korupsi atau Budaya Korupsi Sukar Diberantas agaknya sudah sering kita dengar baik itu melalui media cetak ataupun elektronik. Alih-alih memakai bahasa terminologi kejahatan korupsi atau penyakit korupsi, tapi kata budaya korupsi lah yang dipilih. Padahal dalam bahasa inggris, civilization atau civilized yaitu masyarakat berarti sekumpulan orang yang telah mencapai tingkat peradaban tinggi. Sedangkan budaya itu berarti sebuah gaya hidup dan hasil pemikiran masyarakat maju yang menjunjung etika dan norma-norma.

Dengan demikian, jika kata ''korupsi'' disandingkan dengan kata ''budaya'' berarti bahwa korupsi adalah suatu tindakan hasil pemikiran masyarakat maju yang menjunjung tinggi etika dan norma-norma peradaban. Oleh karena itu, masyarakat yang melakukan tindakan korupsi dapat dikatakan sebagai masyarakat berbudaya yang menjunjung peradaban tinggi.

Jika korupsi adalah sebuah budaya, koruptor yang tidak lain adalah pelaku korupsi maka bisa dikatakan sebagai pelaku budaya atau budayawan, sehingga mereka juga layak mendapatkan penghargaan sebagai pahlawan kebudayaan yang kira-kira sejajar dengan pahlawan-pahlawan di bidang kebudayaan seperti pahlawan lingkungan hidup, pahlawan kesenian, atau pahlawan pembela tanah air.

Sebaliknya, orang yang tidak melakukan tindakan korupsi adalah orang yang tidak berbudaya dan tidak beradab. KPK sebagai Komisi Pemberantasan Korupsi juga menjadi wadah yang melawan dan menentang kemajuan masyarakat. Sehingga, akhirnya ada juga yang berpikir bahwa keberadaan KPK tidak ada gunanya sebab menentang kebudayaan yang sudah mendarah daging di masyarakat.

Dalam masyarakat yang sudah tertanam bahwa korupsi adalah sebuah budaya maka korupsi menjadi sebuah pembelajaran dan pembiasaan yang harus dikembangkan. Sejak kecil sudah dididik sebagai koruptor, seperti layaknya membiasakan budaya hidup bersih, bersikap disiplin, dan taat pada peraturan.

Jadi, pemakaian kata budaya korupsi bisa menjadi sebuah pemahaman tersendiri dan persepsi yang berbeda-beda di kalangan masyarakat, bahkan bisa menjadi pedang yang bisa merusak bahasa itu sendiri.